BANDUNG: Hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, sebanyak 60,5% pemuda usia 16 tahun hingga 20 tahun di seluruh provinsi di Indonesia tidak memiliki pekerjaan tetap, atau pengangguran.
Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemudan dan Olahraga Zubarkhum Tjereng menjelaskan data tingginya angka pengangguran tersebut merupakan hasil servei BPS tahun 2008, dan masih berlaku hingga 2010.
“Itu hasil pendataan BPS terhadap pemuda usia 16 hingga 20. Sedangkan Jika pendataan juga dilakukan terhadap pemuda hingga usia 30 tahun, angkanya bisa lebih dari 60,5%. Untuk itu perlu segera dilakukan langkah-langkah tepat, agar tidak menjadi persoalan di masyarakat,” jelas Zubarkhum usai menggelar Rapat Koordinasi Lintas Sektor Provinsi Bidang
Pengembangan Pemuda di Bandung, Jabar, Kamis (7/4).
Pengembangan Pemuda di Bandung, Jabar, Kamis (7/4).
Menurutnya, persoalan pengangguran di kalangan pemuda merupakan satu dari sekian banyak permasalahan yang ada.
“Selain pengangguran, juga terbatasnya sumber daya pembiayaan bagi kegiatan pemuda. Sehingga bisa berdampak pada kemerosotan karakter, pergaulan bebas, narkoba dan masalah lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan untuk mengatasi persoalan tersebut pihaknya memiliki sedikitnya ada lima program, antara lain kepramukaan, kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan tenaga kepemudaan.
“Untuk mengefektifkan program tersebut, Kemenpora melibatkan 21 kementerian.”
Sementara itu, Ketua Tim Ahli Deputi II Kemenpora, Diebel Effendi, mengatakan besarnya angka pengangguran pemuda Indonesia, harus menjadi prioritas pemerintah. Sebab jika pengangguran ini tak dicari solusinya, hal itu akan menjadi pemicu persoalan sosial di masyarakat.
Persoalan pengangguran, kata dia, tak lepas dari arus urbanisasi masyarakat desa ke kota. Terjadinya urbanisasi karena tak tersedianya lapangan kerja di desa.
“Jadi wajar masyarakat desa, khususnya kaum muda, memilih mencari pekerjaan ke kota,” ujar dia.
Mengutip data yang dirilis World Youth Report 2010 yang dikeluarkan PBB, Diebel mengatakan, urbanisasi pemuda yang merupakan lingkaran penyebab kemiskinan dan pengangguran pertumbuhannya mencapai tiga persen di perkotaan. Sedangkan di pedesaan tidak mengalami pertumbuhan.
Di Indonesia, kata dia, pada kurun waktu 1990-2005, pertumbuhan pemuda di perkotaan mencapai 3%, sementara di pedesaan -1%.
“Angka ini harus benar-benar kita amati dan dicari solusinya,” tuturnya.
Salah satu program yang sedang dijalankan oleh Kemenpora untuk mengatasi pengangguran ini yaitu melalui kegiatan Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan.
Untuk 2011 ini, kata dia, Kemenpora akan merekrut sebanyak 1.000 sarjana untuk diterjunkan dalam program ini. Mereka akan
diseleksi dengan melibatkan universitas yang ada di seluruh Indonesia.
diseleksi dengan melibatkan universitas yang ada di seluruh Indonesia.
Para sarjana, imbuh dia, akan dididik dan kemudian diterjunkan ke pedesaan untuk membantu masyarakat setempat menjadi wirausahawan.
“Ini tentunya disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Tiap provinsi mendapat jatah 30 sarja penggerek pembangunan, dengan biaya awal Rp20 miliar,” kata dia. (EM/OL-3)
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar